Amerika Serikat (AS) Siap Kirim Bantuan Amunisi ke Ukraina
Cari Kabar – AS berencana untuk mengirim bantuan amunisi atau bom tandan ke Ukraina sebagai bagian dari upaya untuk membantu negara tersebut melawan penjajah Rusia. Pengiriman senjata ini diprediksi akan memberikan kekuatan baru yang signifikan bagi Ukraina dalam serangan balasan mereka terhadap Moskow.
Paket bantuan senjata ini akan mencakup amunisi tandan yang ditembakkan melalui meriam Howitzer 155mm. Pengumuman resmi mengenai pengiriman ini diharapkan akan dilakukan paling cepat pada hari Jumat (7/7/2023). Tiga pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, seperti yang dilaporkan oleh Reuters, mengungkapkan bahwa keputusan AS ini telah dipertimbangkan secara serius selama setidaknya seminggu terakhir.
Namun, Gedung Putih menyatakan bahwa pengiriman amunisi tandan ke Ukraina sedang dipertimbangkan secara aktif, tetapi belum ada pengumuman resmi yang dibuat. Presiden Joe Biden sendiri dijadwalkan akan menghadiri KTT NATO di Lituania pada minggu depan.
Dalam paket bantuan yang akan diumumkan, yang diperkirakan bernilai sekitar US$800 juta atau sekitar Rp12,1 triliun, Ukraina akan menerima bantuan amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), serta kendaraan tempur Bradley dan pengangkut personel lapis baja Stryker.
Meskipun langkah AS ini mendapatkan dukungan dari Ukraina, kelompok hak asasi manusia seperti Human Rights Watch (HRW) menyatakan keberatannya terhadap penggunaan amunisi tandan ini oleh kedua belah pihak. HRW mendesak Rusia dan Ukraina untuk menghentikan penggunaan amunisi tandan tersebut, sambil meminta AS untuk tidak menyediakannya.
Kelompok tersebut berpendapat bahwa penggunaan senjata ini dapat membahayakan warga sipil, mengingat bahwa pasukan Rusia dan Ukraina telah menggunakan amunisi tandan ini dalam pertempuran dan mengancam keselamatan masyarakat.
Amunisi tandan, yang dilarang oleh lebih dari 120 negara, umumnya menghasilkan sejumlah besar bom kecil yang dapat membunuh tanpa memandang sasaran di area yang luas. Ini dianggap berbahaya bagi warga sipil. Bom yang tidak meledak dapat tetap menjadi ancaman bahkan setelah konflik berakhir.
Undang-undang tahun 2009 melarang ekspor amunisi tandan AS dengan tingkat kegagalan bom lebih dari 1%, yang mencakup sebagian besar persediaan militer AS. Presiden Biden dapat mengabaikan larangan ini, seperti yang dilakukan oleh mantan Presiden Trump pada Januari 2021, yang mengizinkan ekspor teknologi amunisi tandan ke Korea Selatan (Korsel).
Ukraina telah mendesak anggota Kongres AS untuk mendukung pengiriman amunisi tandan yang dikenal sebagai Munisi Peningkatan Konvensional Tujuan Ganda (DPICM). Pihak Pentagon menyatakan bahwa pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan pengiriman DPICM ke Ukraina, dengan syarat bahwa tingkat kegagalan bomnya tidak melebihi 2,35%.
Militer AS meyakini bahwa amunisi tandan ini akan berguna bagi Ukraina, seperti yang diungkapkan oleh seorang pejabat senior di Pentagon pada bulan Juni. Namun, pengiriman tersebut belum disetujui untuk Ukraina karena pembatasan kongres dan kekhawatiran di antara sekutu-sekutu AS.
Saat ini, Angkatan Darat AS menghabiskan lebih dari US$6 juta per tahun untuk menonaktifkan peluru artileri klaster 155mm dan amunisi lama lainnya. Pengiriman DPICM ke Ukraina diharapkan dapat mengurangi kebutuhan akan penghancuran peluru 155mm standar yang telah dikirimkan oleh AS dalam jumlah besar.
Paket bantuan keamanan terbaru ini akan menjadi bantuan ke-42 yang disetujui oleh Amerika Serikat untuk Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022, dengan total bantuan senilai lebih dari US$40 miliar.
Sumber : cnbcindonesia.com