Film Onde Mande! Segera Tayang

Cari Kabar – Film Onde Mande! garapan rumah produksi Visinema bakal dalam waktu dekat. Film ini disutradarai oleh Paul Fauzan Agusta. Sesuai dengan judulnya, film tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat Minangkabau di sebuah desa di sekitar Danau Maninjau. Film ini menampilkan beragam kebudayaan Minangkabau dan keindahan alam yang ada di daerah tersebut.

“Film ini saya persembahkan untuk ayah saya yang selalu nanya kapan saya bikin film yang bisa beliau tonton. Sebagai orang Minang, saya juga mau sekalian mempersembahkan film ini untuk masyarakat di sana, Desa Sigiran, kampung halaman ayah saya,” kata Paul Fauzan Agusta dalam konferensi pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, kemarin.

Film Onde Mande! menggunakan bahasa Minang sebagai bahasa pengantar. Hal ini menciptakan karya yang autentik, karena tim produksi berkomitmen untuk tidak mengambil jalan pintas dalam mempersembahkan kebudayaan Minang. 

“Saya optimis bisa diterima masyarakat luas, sekalipun kita menggunakan 90 persen bahasa Minang, tapi ada subtitle Indonesia-nya. Jadi, yang bukan orang Minang juga bisa menikmati,” tutur Cristian Imanuell selaku produser.

Tanggapan Pemain Onde Mande!

Salah satu pemain film tersebut Jajang C. Noer, mengakui bahwa perannya dalam Onde Mande! merupakan salah satu yang paling sulit yang pernah ia mainkan. Meskipun memiliki latar belakang Minang, ia mengakui bahwa ia tidak fasih berbicara dalam bahasa ibunya.

“Kenapa saya mau bermain di sini, karena saya kenal Paul dari dia umur 4 tahun. Jadi saya nggak bisa nolak, walaupun pas dapat skenario saya sadar kalau perannya susah sekali. Setengah mati saya menghapalkan dialog bahasa Minang,” terang Jajang C. Noer.

Pemeran karakter Anwar, Emir Mahira, mengungkap ada kesamaan antara dirinya dengan karakter yang diperankan. Ia mengaku melihat dirinya sendiri saat memerankan Anwar.

“Anwar sangat dekat dengan aku secara personal. Anwar dan aku punya journey masing-masing, dan kita menemukan identitas kita sendiri ketika kita kembali ke rumah,” tutur Emir Mahira.

Sekadar informasi, cerita dalam film ini berfokus pada masyarakat di sebuah desa yang berada di tepi Danau Maninjau. Mereka bekerja sama untuk memiliki kesempatan mendapatkan hadiah sayembara senilai Rp 2 miliar setelah salah satu warga yang seharusnya memperoleh hadiah tersebut meninggal sebelum berhasil menerimanya.

Sumber: detikhot